Eksistensi.id Samarinda – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur yang termuda, Andi Satya Adi Saputra, menegaskan tekadnya untuk mewujudkan visi misi program “gratispol” yang diusung oleh pasangan calon gubernur Rudy-Seno.
Dengan latar belakang sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn), Andi Satya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya akses layanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Andi Satya berencana untuk memfokuskan upayanya pada peningkatan kualitas layanan di puskesmas dan rumah sakit daerah.
Ia juga berkomitmen untuk memperluas jangkauan program BPJS Kesehatan agar seluruh masyarakat Kalimantan Timur dapat menikmati layanan kesehatan yang memadai.
“Kesehatan yang optimal adalah hak setiap individu, dan kami akan memastikan bahwa hak tersebut dapat dinikmati oleh seluruh warga Kalimantan Timur,” ungkapnya.
Selain di sektor kesehatan, Andi Satya juga berjanji untuk memperjuangkan pendidikan gratis bagi masyarakat.
Ia akan mendorong penyediaan seragam, buku, dan perlengkapan sekolah lainnya secara gratis, serta berencana untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan memperbanyak program beasiswa untuk siswa berprestasi.
“Saya akan berjuang untuk mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4 triliun dari APBD untuk mendukung program gratispol ini. Menurut saya, anggaran tersebut cukup untuk membiayai pendidikan gratis bagi sekitar 170.000 siswa SMA/SMK dan mahasiswa di Kaltim, serta untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di seluruh wilayah,” tegasnya.
Andi Satya menyadari bahwa mewujudkan program gratispol bukanlah tugas yang ringan. Ia mengakui adanya berbagai tantangan, seperti keterbatasan anggaran dan ketimpangan dalam akses layanan kesehatan di berbagai daerah.
Namun, ia tetap optimis bahwa dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, DPRD, hingga masyarakat, perencanaan dan pelaksanaan program gratispol dapat terwujud dan menjadikan Kalimantan Timur lebih maju serta sejahtera.
Penulis Ainunnisa editor Redaksi eksistensi