DPRD Samarinda Dorong Kolaborasi untuk Tingkatkan Partisipasi Anak dalam Pendidikan

Eksistensi id.Samarinda– Kota Samarinda menghadapi masalah serius terkait dengan tingkat partisipasi anak dalam pendidikan formal. Berdasarkan data terbaru dari DPRD Kota Samarinda, sekitar 700 anak pada tahun 2024 tercatat tidak melanjutkan pendidikan meskipun masih berada dalam usia wajib belajar. Fenomena ini mengundang perhatian serius, mengingat pentingnya pendidikan sebagai modal utama untuk masa depan anak-anak tersebut.

Dalam penjaringan yang dilakukan di Kecamatan Samarinda Seberang, ditemukan lebih dari 90 anak yang tidak bersekolah. Angka ini menjadi representasi dari banyaknya anak-anak yang terancam tidak mendapatkan hak pendidikan mereka.

Menurut Sri Puji Astuti, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, ada beberapa solusi yang bisa ditempuh untuk mengatasi hal ini, seperti menawarkan program kesetaraan pendidikan melalui paket A, B, dan C.

Namun, masalahnya tidak hanya sebatas pendidikan formal saja, melainkan juga kesiapan mereka untuk mendapatkan keterampilan yang berguna di dunia kerja.

“Pendidikan formal memang penting, tetapi tak kalah penting adalah pembekalan keterampilan agar mereka bisa mandiri. Anak-anak ini perlu dipersiapkan untuk langsung bisa bekerja setelah mengikuti program kesetaraan,” ujarnya.

Namun, disebutkan, hambatan terbesar yang dihadapi adalah rendahnya minat anak-anak untuk belajar, karena kebanyakan sudah terbiasa dengan rutinitas mencari uang di jalanan. Pengaruh lingkungan yang memberikan cara cepat mendapatkan uang membuat mereka kurang tertarik mengikuti program pelatihan keterampilan yang disediakan.

“Untuk itu, kami terus berupaya melakukan sosialisasi intensif ke tingkat RT dan kecamatan agar mereka mau berpartisipasi dalam program pelatihan yang ada,” tuturnya.

Selain itu, kendala lain yang tidak kalah penting adalah masalah finansial. Banyak peserta pelatihan yang berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah, sehingga kesulitan untuk memulai usaha meskipun sudah memiliki keterampilan.

Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Kota Samarinda sudah menyediakan skema Kredit Bertuah melalui Bankaltimtara. Namun, persyaratan yang cukup ketat membuat banyak calon penerima kesulitan mengakses bantuan ini.

Sri Puji Astuti berharap agar lebih banyak pihak, terutama perusahaan, turut mendukung dengan memberikan dana CSR untuk membantu anak-anak ini memulai usaha mereka.

“Dukungan finansial sangat diperlukan agar mereka bisa mengaplikasikan keterampilan yang telah dipelajari,” jelasnya.

Dengan kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan masa depan anak-anak ini bisa lebih cerah dan mereka dapat memperoleh peluang yang layak untuk masa depan yang lebih baik.

Penulis Fara I Editor Eka Mandiri