Perkebunan kelapa sawit yang berada di wilayah Kukar
Eksistensi.id.Kukar – Dinas Perkebunan (Disbun) Kutai Kartanegara (Kukar) menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat pengembangan perkebunan melalui program-program yang menyentuh langsung pada kebutuhan petani, dengan pendekatan berbasis regulasi dan kesiapan lapangan.
Kabid Perlindungan Perkebunan Disbun Kukar, Rudiyanto Hamli, menyampaikan bahwa pihaknya menjalankan mekanisme terstruktur dalam pelaksanaan bantuan, termasuk menggunakan sistem CPCL (Calon Petani Calon Lahan) sebagai instrumen utama penyaluran program.
“Program-program yang dijalankan bertujuan menyentuh langsung kepentingan masyarakat, dengan tetap mengedepankan mekanisme yang terstruktur dan sesuai regulasi,” ujar Rudiyanto, pada Sabtu (5/7/2025).
Menurutnya, bantuan untuk kebun rakyat tetap menjadi prioritas, seiring dengan pengawasan terhadap Perusahaan Besar Swasta (PBS) yang beroperasi di sektor perkebunan.
Disbun Kukar juga membuka peluang bantuan bagi masyarakat yang mengusulkan pengembangan kelapa sawit, selama memenuhi syarat administratif dan teknis.
“Jika ada usulan masyarakat untuk pengembangan kelapa sawit, tentu akan kami bantu, asalkan sesuai dengan status lahan dan kesiapan petani,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa legalitas kelompok tani dan status lahan menjadi syarat utama dalam setiap pengajuan proposal bantuan.
Saat ini, kelapa sawit masih menjadi komoditas unggulan yang dikembangkan melalui dua pendekatan: ekstensifikasi (perluasan areal) dan intensifikasi (peningkatan produktivitas), termasuk pemberian bantuan pupuk.
Namun, Disbun Kukar juga mendorong pengembangan komoditas lokal lainnya seperti karet, kopi, kakao, lada, dan kelapa dalam.
Khusus kelapa dalam, pengembangan lebih banyak dilakukan di wilayah pesisir seperti Samboja dan Muara Jawa. Namun, pengelolaan di daerah tersebut masih menghadapi kendala teknis, terutama terkait infrastruktur pengendali air laut.
“Air pasang laut sangat mempengaruhi struktur tanah, sehingga dibutuhkan perbaikan teknis sebelum dilakukan budidaya lanjutan,” kata Rudiyanto.
Sementara di wilayah daratan, kelapa dalam tetap eksis dalam skala kecil. Ia juga menyebut tren baru masyarakat yang mulai melirik varietas lain seperti kelapa batok dan kelapa genjah.
“Daya adaptasi yang lebih baik dan potensi pasarnya itu yang dirasa oleh masyarakat lebih menjanjikan,” tandasnya.(adv)