Eksistensi.id, Samarinda – Dibukanya akses jalan baru yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong melalui jalur Jongkang–Loa Lepu dinilai sebagai peluang emas untuk pengembangan sektor ekonomi rakyat.
Menyikapi hal ini, Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Salehuddin mengusulkan dibangunnya pusat kuliner sebagai titik singgah strategis sekaligus motor penggerak UMKM lokal.
“Mobilitas kendaraan roda dua dan empat di jalur ini tinggi sekali. Warga mulai melihat peluang untuk menghadirkan sentra kuliner lokal yang bisa menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan ekonomi kawasan,” ujarnya, Rabu (16/7/25).
Sebagai politisi Golkar dari daerah pemilihan Kutai Kartanegara, Salehuddin menilai bahwa kehadiran pusat kuliner tidak hanya menjadi pemanfaatan ruang publik, tetapi juga sarana pemerataan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Menurutnya, jalur alternatif ini berhasil memangkas waktu tempuh dari satu jam menjadi sekitar 20 menit. Selain menjadi solusi atas kemacetan jalur lama, peningkatan konektivitas ini membuka ruang ekonomi baru yang sebelumnya tidak tergarap maksimal.
“Pembangunan infrastruktur bukan hanya soal jalan, tapi juga soal bagaimana akses itu membuka pasar baru bagi pelaku usaha kecil. Ini momentum yang harus dimanfaatkan,” tegasnya.
Salehuddin juga menekankan pentingnya keterlibatan lintas pihak pemerintah desa, dinas teknis, hingga pelaku UMKM dalam proses perencanaan.
Ia mendorong adanya kajian teknis dari Dinas Pariwisata, Perdagangan, maupun instansi terkait, mencakup tata kelola limbah, fasilitas parkir, hingga penataan zonasi pedagang.
“Jangan tunggu ramai dulu baru bertindak. Ini saatnya pemda hadir dengan perencanaan yang matang agar kawasan ini tidak tumbuh liar, tapi teratur dan berdaya,” jelasnya.
Ia mengusulkan agar langkah awal difokuskan pada legalitas dan regulasi melalui instrumen perencanaan, seperti surat keputusan atau bahkan Perda. Langkah ini dinilai penting agar pengembangan kuliner berjalan sesuai koridor hukum dan berdampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat lokal.
“Kalau tidak diatur dari sekarang, potensi ini akan hilang. Masyarakat sudah bergerak. Sekarang tugas pemerintah adalah memfasilitasi dan mengarahkan,” ujarnya.
Salehuddin pun melihat potensi ini sebagai embrio destinasi wisata kuliner baru di Kalimantan Timur, yang tak hanya menyajikan makanan khas daerah, tetapi juga menjadi cermin dari sinergi pembangunan desa dan kota.
“Jika berhasil, konsep ini bisa direplikasi di wilayah lain. Kita dorong pemerintah untuk menjadikan ini percontohan pengembangan ekonomi berbasis akses dan potensi lokal,” pungkasnya.(ADV)