Generasi Muda Samarinda Ubah Paradigma Pernikahan: Utamakan Masa Depan, Bukan Sekadar Pesta

Eksistensi.id, Samarinda – Fenomena pasangan muda di Samarinda yang memilih menikah sederhana di Kantor Urusan Agama (KUA) dinilai sebagai cerminan perubahan pola pikir generasi saat ini.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menilai tren tersebut menandakan adanya pergeseran paradigma, di mana pernikahan tidak lagi dipandang semata sebagai ajang perayaan meriah, melainkan sebagai langkah awal menata kehidupan bersama.

“Langkah ini patut diapresiasi. Mereka menunjukkan kemandirian dan kesadaran bahwa pernikahan bukan soal pesta besar, tapi kesiapan membangun rumah tangga tanpa membebani orang tua,” ujar Sri Puji, Selasa (12/8/2025).

Ia menjelaskan, keinginan menggelar pesta pernikahan yang megah seringkali berasal dari calon pengantin itu sendiri, bukan dari orang tua.

Namun kini, semakin banyak anak muda yang memilih mengutamakan kebutuhan jangka panjang, seperti rumah, tabungan, atau investasi pendidikan, dibandingkan menghabiskan biaya besar untuk satu hari acara.

“Banyak pasangan berpikir, kalau setelah menikah belum punya rumah, maka pesta besar akan terasa percuma. Mereka lebih memilih mengalokasikan dana untuk masa depan,” jelasnya.

Menurut Sri Puji, pernikahan seharusnya dipahami sebagai awal perjalanan hidup baru, yang idealnya disertai dengan persiapan finansial dan rencana keluarga jangka panjang.

“Menikah bukan hanya soal pengesahan hubungan. Harus ada kesiapan rumah, kendaraan, tabungan, hingga rencana pendidikan anak. Itu yang sebenarnya lebih penting,” tegasnya.

Meski demikian, ia mengakui budaya tetap memberi pengaruh besar dalam tradisi pernikahan. Bagi sebagian orang tua, resepsi besar dianggap penting untuk memberi tahu masyarakat luas bahwa anak mereka resmi menikah.

“Kita memang tidak bisa lepas dari pengaruh budaya. Mengundang banyak orang adalah cara untuk mengumumkan pernikahan kepada lingkungan sekitar,” tambahnya.

Sri Puji menegaskan, baik pernikahan sederhana maupun pesta besar sama-sama memiliki nilai positif, tergantung bagaimana keluarga memaknainya. Namun, tren anak muda yang lebih memilih akad sederhana dinilainya sebagai tanda kematangan berpikir.

“Keputusan mereka mencerminkan pola pikir visioner. Tidak hanya fokus pada kemeriahan, tetapi juga pada kehidupan setelah pernikahan,” pungkasnya.(ADV)