Eksistensi.id, Samarinda – Akses menuju Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto kembali jadi sorotan. Proyek pembangunan jalan pendekat dari Ring Road IV yang dirancang untuk mengurai kemacetan, kini mandek karena efisiensi anggaran daerah.
Anggota Komisi III DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Subandi, menyebut penundaan ini bukan sekadar isu teknis, melainkan persoalan strategis yang berdampak langsung pada mobilitas warga, keselamatan transportasi, dan konektivitas ekonomi.
“Jalan pendekat itu krusial, apalagi kalau jalur utama Samarinda-Bontang tergenang banjir. Tanpa jalur alternatif, bandara bisa lumpuh,” ujar Subandi, Senin (16/6/25).
Ia menjelaskan, keterbatasan anggaran membuat Dinas Pekerjaan Umum tak mampu menggenjot pembangunan. Total dana yang dikelola UPTD Wilayah II Samarinda hanya sekitar Rp28 miliar, dan itu harus dibagi untuk tiga wilayah Samarinda, Kutai Kartanegara, dan Mahakam Ulu.
“Dengan anggaran sekecil itu, sulit untuk berharap ada kemajuan signifikan,” tegasnya.
Bandara APT Pranoto yang menjadi pintu masuk utama ke Samarinda sejak 2018, dinilai belum ditunjang infrastruktur memadai. Subandi menilai kondisi ini dapat mengurangi daya tarik Kalimantan Timur, terutama bagi wisatawan dan investor.
Tak hanya proyek provinsi yang terhambat, Pemkot Samarinda yang berinisiatif membangun jalur alternatif dari arah Sambutan juga menghadapi kendala serupa anggaran terbatas dan penyesuaian program prioritas.
DPRD Kaltim pun mendorong pemerintah provinsi untuk tidak lagi menunda pembangunan jalan pendekat ini.
“Jika tak segera dituntaskan, persoalan ini akan terus menghambat mobilitas masyarakat dan menahan laju pertumbuhan ekonomi daerah,” pungkasnya.(ADV)
Penulis : Nurfa | Editor : Eka Mandiri