Eksistensi.id, Samarinda – Program ketahanan pangan di Kalimantan Timur (Kaltim) dinilai belum sepenuhnya menyentuh akar persoalan yang dihadapi para petani.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Fadly Imawan, menegaskan bahwa tujuan utama swasembada pangan semestinya bukan sekadar mencetak angka produksi tinggi, melainkan meningkatkan taraf hidup petani sebagai pelaku utama sektor pertanian.
Fadly menyoroti bahwa selama ini sebagian besar kebijakan hanya fokus pada kuantitas hasil pertanian, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan petani.
“Panen berlimpah tidak akan berarti apa-apa kalau petani tetap hidup dalam kesulitan. Program ketahanan pangan harus punya orientasi yang jelas: menyejahterakan petani,” ujar Fadly.
Ia menyampaikan keprihatinannya atas sejumlah program swasembada yang dinilai terlalu teknokratis dan tidak menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa.
Menurutnya, indikator kesuksesan seharusnya bukan hanya dari hasil panen, tetapi juga dari perbaikan ekonomi keluarga petani dan kualitas hidup mereka.
“Ketika program pemerintah tidak mampu memperbaiki kondisi sosial ekonomi petani, maka perlu dilakukan evaluasi menyeluruh. Tujuan kita bukan sekadar hasil, tapi juga keadilan bagi petani,” imbuhnya.
Fadly juga memberikan apresiasi terhadap kolaborasi lintas sektor yang sudah berjalan dalam mendukung ketahanan pangan, seperti peran aktif TNI dan Polri.
Ia menilai sinergi semacam ini menjadi salah satu fondasi penting untuk memperkuat sistem pangan nasional yang berkelanjutan.
“Kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan institusi seperti TNI-Polri harus terus diperluas. Ketahanan pangan itu soal kolaborasi jangka panjang, bukan proyek sesaat,” tegasnya.
Ia menambahkan, keberlanjutan program juga harus dipastikan agar tidak berhenti pada momentum tertentu.
Kesejahteraan petani, lanjut Fadly, harus menjadi titik sentral dalam setiap kebijakan yang diambil, bukan sekadar bonus tambahan dari keberhasilan teknis.
“Kalau swasembada berhasil tapi petani tidak ikut sejahtera, maka ada yang keliru dalam pendekatannya. Kita harus pastikan dampaknya nyata bagi mereka yang setiap hari bekerja di ladang dan sawah,” tutupnya.(ADV)
Penulis : Nurfa | Editor: Eka Mandiri