Eksistensi.id, Samarinda – Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Guntur, mendorong agar Festival Jembayan Kampung Tuha (FJKT) yang digelar rutin di Desa Jembayan, Kutai Kartanegara, masuk dalam kalender budaya resmi Pemerintah Provinsi Kaltim.
Bagi Guntur, pengakuan ini penting sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam melestarikan warisan budaya lokal yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat.
“Festival ini tidak sekadar hiburan. Di dalamnya ada jejak sejarah, tradisi ziarah ke leluhur, hingga semangat gotong royong masyarakat Jembayan yang masih terjaga. Ini bentuk identitas budaya yang harus diakui dan didukung oleh negara,” tegas Guntur, Rabu (16/7/25).
Politikus PDI Perjuangan dari Daerah Pemilihan Kukar ini menilai, konsistensi penyelenggaraan FJKT selama enam tahun berturut-turut menunjukkan adanya kesadaran budaya yang kuat dari warga desa.
Namun, ia menekankan bahwa penguatan dukungan pemerintah, baik dari sisi kelembagaan, anggaran, hingga promosi, menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan festival tersebut.
“Festival seperti ini tidak bisa terus-menerus hanya mengandalkan swadaya. Harus ada kehadiran negara. Kalau pemerintah benar-benar ingin mengembangkan sektor budaya dan pariwisata berbasis tradisi lokal, FJKT adalah salah satu contohnya yang sudah terbukti hidup dari masyarakat,” ungkapnya.
Guntur juga mengapresiasi prosesi unik dalam FJKT yang mencakup ziarah makam leluhur (ma’am leluhur) sebagai rangkaian peringatan ulang tahun desa. Ia menilai, unsur spiritual dan sejarah dalam festival tersebut menjadikannya lebih dari sekadar acara hiburan, tetapi juga ruang reflektif dan edukatif bagi generasi muda.
“Kita perlu lebih banyak ruang belajar seperti ini, di mana anak-anak muda mengenal siapa leluhurnya, dari mana mereka berasal, dan apa nilai-nilai yang diwariskan. Ini investasi sosial yang jauh lebih penting dari sekadar seremoni budaya musiman,” ujarnya.
Lebih jauh, Guntur menggarisbawahi urgensi membangkitkan kembali semangat gotong royong yang kian tergerus di era modern.
Menurutnya, festival ini bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga pemulihan nilai sosial yang esensial bagi kekuatan komunitas desa.
“Gotong royong itu roh dari masyarakat desa kita dulu. FJKT bisa menjadi ruang membangun kembali semangat itu. Tapi semua itu butuh dukungan kebijakan dan perhatian serius dari pemerintah,” tambahnya.
Tahun ini, FJKT kembali digelar dengan berbagai rangkaian acara seperti upacara adat, pentas seni, kegiatan sosial, dan napak tilas sejarah desa. Kegiatan ini menjadi momentum kolektif masyarakat untuk menegaskan jati diri mereka sebagai bagian dari warisan budaya Kutai.
Guntur berharap Festival Jembayan Kampung Tuha tidak lagi dipandang sekadar acara lokal, tetapi menjadi aset budaya daerah yang diakui secara resmi oleh Pemprov Kaltim.
“Kalau ingin membangun pariwisata yang berakar, mulailah dari budaya sendiri. Festival ini punya potensi menjadi ikon budaya Kaltim jika benar-benar ditangani dengan serius,” tutupnya.(ADV)