Eksistensi.id.Samarinda: Pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh Isran Noor dalam acara penetapan nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim di Kantor KPU Kaltim pada Senin (23/09/2024) memicu beragam reaksi. Dalam kesempatan tersebut, Isran Noor sempat menyampaikan komentar yang menyinggung keberadaan “habaib palsu” di antara pendukung pasangan Rudy Mas’ud dan Seno Aji.
Isran Noor mengatakan, “Hey, adinda Rudy Mas’ud dan Seno Aji, para habaib, baik yang asli maupun palsu. Kalau yang di sini (barisan pendukung Rudy-Seno) semuanya palsu. Yang asli ini orangnya (menunjuk dirinya sendiri), hantu babinian.”
Komentar tersebut menuai kontroversi, terutama di kalangan pendukung Rudy-Seno. Namun, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud dan Seno Aji, memilih untuk tidak merespons pernyataan tersebut secara langsung.
Rudy Mas’ud menegaskan bahwa dirinya bersama tim pendukung sangat menghormati serta memuliakan para habaib dan ulama di Kalimantan Timur. Ia menekankan bahwa kehadiran para habaib dan tokoh agama merupakan bentuk cinta dan penghargaan.
“Doa-doa dari para habaib dan ulama sangat kami harapkan. Insya Allah, doa mereka tak ada hijab, tanpa sekat. Kami yakin mereka adalah orang-orang yang mulia, alim, dan bijaksana. Maka, bagi kami, mendapatkan doa-doa dari mereka sangatlah penting,” ujar Rudy Mas’ud.
Rudy menambahkan, tidak dalam kapasitasnya untuk menanggapi pernyataan Isran Noor, meskipun komentar itu jelas-jelas ditujukan kepada para habaib yang mendukung pasangan Rudy-Seno. Kendati demikian, ia kembali menekankan pentingnya menghormati para habaib yang diyakini sebagai keturunan langsung dari Rasulullah.
“Kami juga banyak menggelar peringatan Maulid Nabi, yang menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kami kepada pewaris-pewaris Nabi. Tentu, rasa cinta dan hormat ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ungkapnya.
Meski pernyataan Isran Noor mungkin dianggap sebagai candaan, Seno Aji, calon wakil gubernur Kaltim, tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa dan sedihnya.
“Jika ditanya apakah kami sedih, tentu saja kami sangat sedih dan kecewa mendengar pernyataan seperti itu. Walau mungkin itu dimaksudkan sebagai candaan, hal semacam ini tidak pantas, terutama karena menyangkut etika keagamaan. Tapi, bukan hak kami untuk menanggapinya,” tutur Seno Aji.
Pernyataan tersebut, meskipun tampak disampaikan dengan nada humor, telah menimbulkan perdebatan dan dinilai tidak pantas, mengingat konteks acara yang bersifat formal dan penting bagi masyarakat Kaltim. (*)