Eksistensi.id, Samarinda – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi kekurangan tenaga kesehatan di Kaltim yang dinilainya sudah pada tahap mengkhawatirkan. Menurutnya, dari kebutuhan sekitar 4.000 tenaga medis, yang tersedia baru mencapai setengahnya.
“Jumlah tenaga medis kita masih sangat kurang jika dibandingkan kebutuhan ideal. Ini tantangan besar bagi layanan kesehatan di Kaltim,” ujar Andi, Minggu (29/6/25).
Ia menyebutkan bahwa idealnya satu dokter melayani seribu pasien, namun realita di lapangan masih jauh dari standar tersebut. Kondisi ini berdampak pada keterbatasan pelayanan, terutama di daerah-daerah pelosok yang sulit dijangkau fasilitas kesehatan.
Sebagai langkah solutif jangka pendek, Andi mendorong pemanfaatan teknologi digital, khususnya layanan telemedicine yang kini tengah dikembangkan secara nasional. Menurutnya, teknologi kesehatan jarak jauh bisa menjadi alternatif strategis untuk menjangkau wilayah yang kekurangan tenaga medis.
“Teknologi harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Dengan telemedicine, pelayanan kesehatan bisa lebih menjangkau masyarakat di pelosok, apalagi konektivitas internet kini sudah mulai membaik,” jelasnya.
Andi juga menilai perlunya sinergi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi di luar Kaltim, khususnya fakultas kedokteran, untuk mempercepat distribusi tenaga medis ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Ia berharap pola kemitraan ini bisa memperkuat jangkauan pelayanan dasar kesehatan di seluruh wilayah provinsi.
Untuk jangka panjang, pembangunan sumber daya manusia (SDM) lokal disebut sebagai solusi utama. Ia mendorong agar pemerintah memberikan beasiswa khusus kepada putra-putri daerah yang ingin menempuh pendidikan di bidang kesehatan, dengan ikatan kerja untuk kembali mengabdi di daerah asal mereka.
“Ini investasi besar untuk masa depan. Kita perlu membiayai pendidikan mereka, dengan harapan kelak mereka kembali untuk memperkuat layanan kesehatan di kampung halaman,” ujarnya.
Sebagai langkah tambahan, ia juga mengusulkan skema rotasi tenaga medis dari perkotaan ke wilayah 3T, dilengkapi insentif khusus sebagai bentuk penghargaan terhadap dedikasi mereka.
“Jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat dan berkelanjutan, krisis tenaga medis ini bisa menjadi hambatan serius bagi kemajuan sistem kesehatan di Kalimantan Timur”, tutupnya.(ADV)