Eksistensi.id Samarinda – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda, Firman Hidayat, menyatakan bahwa tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan Pemilihan Wali Kota (Pilwali) di Samarinda masih menghadapi berbagai tantangan.
Salah satunya adalah karakteristik pemilih di wilayah perkotaan yang cenderung lebih sulit diajak berpartisipasi secara maksimal.
Menurut Firman, pelaksanaan Pilgub yang berlangsung bersamaan dengan Pilwali sedikit banyak memengaruhi tingkat partisipasi pemilih di Samarinda.
Ia menjelaskan bahwa meskipun Pilwali hanya memiliki satu pasangan calon (paslon), partisipasi tetap terdorong oleh keberadaan Pilgub.
“Pemilih yang hanya memberikan suara di Pilgub tetap akan menerima surat suara untuk Pilwali. Dengan demikian, tingkat partisipasi Pilwali juga terbantu oleh Pilgub,” ujar Firman saat ditemui di Hotel Haris Samarinda, Minggu (8/12/2024).
Firman juga menjelaskan bahwa distribusi formulir pemberitahuan memilih (Formulir C) dilakukan sekaligus untuk Pilgub dan Pilwali.
Hal ini memungkinkan kedua pemilihan tersebut saling mendukung dalam menggerakkan pemilih agar hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa secara persentase, tingkat partisipasi Samarinda masih menjadi yang terendah di Kalimantan Timur, yaitu hanya 58 persen.
“Memang dari segi persentase, Samarinda berada di posisi terendah. Tetapi jika dilihat dari jumlah pemilih yang hadir, Samarinda adalah yang terbanyak, dengan lebih dari 300 ribu orang,” jelas Firman.
Firman kemudian membandingkan kondisi Samarinda dengan Mahakam Ulu (Mahulu), yang memiliki tingkat partisipasi mencapai 75 persen, namun dengan jumlah pemilih yang jauh lebih sedikit.
“Misalnya Mahulu, tingkat partisipasinya 75 persen, tetapi jumlah pemilihnya tidak sebanding dengan Samarinda, yang memiliki 612 ribu pemilih terdaftar,” tambahnya.
Tantangan lain yang dihadapi Samarinda adalah karakteristik masyarakat perkotaan yang lebih sulit diajak untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu, berbeda dengan daerah dengan jumlah pemilih yang lebih kecil.
Ketika ditanya tentang kecamatan dengan tingkat partisipasi terendah, Firman menyebutkan bahwa pihaknya masih melakukan kajian lebih lanjut.
“Kami masih dalam proses pemetaan. Data ini sedang kami analisis secara rinci,” ungkapnya.
Meski begitu, Firman menegaskan bahwa KPU akan terus mengevaluasi pelaksanaan pemilu untuk memahami pola perilaku pemilih di Samarinda.
Dengan strategi yang lebih terarah, ia optimistis tingkat partisipasi dapat meningkat pada pemilu mendatang.
“Karakteristik pemilih perkotaan memang menjadi tantangan tersendiri. Namun, kami berkomitmen untuk terus mencari solusi dan menjadikan peningkatan partisipasi sebagai prioritas utama,” tutup Firman.(Nisa/ADV)