Foto Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro
Eksistensi.id.Kukar- Petani sayur di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, kini menghadapi ancaman serius dari monyet liar yang merusak tanaman hortikultura di lahan-lahan baru.
Serangan satwa tersebut mulai berdampak pada hasil panen dan menjadi kekhawatiran bagi warga yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian.
“Gangguan ini mulai berdampak pada hasil panen, terutama di lahan-lahan yang baru dibuka untuk budidaya tanaman hortikultura,” ujar Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, saat ditemui pada Rabu (16/7/2025).
Monyet-monyet yang turun dari hutan sekitar dilaporkan merusak berbagai jenis sayuran, termasuk pakcoy. Serangan terjadi di kebun-kebun yang berada dekat dengan kawasan hutan, tempat habitat alami hewan tersebut berada.
“Masalah ini muncul seiring meningkatnya aktivitas pertanian warga yang mulai menggarap lahan tidur. Namun, di sisi lain, pembukaan lahan itu juga menyebabkan habitat satwa terganggu,” jelas Tri Joko.
Gangguan monyet liar dinilai cukup merugikan, terutama karena beberapa lahan masih dalam tahap uji coba budidaya. Tri Joko menegaskan pentingnya pengawasan agar panen tidak berkurang drastis akibat gangguan tersebut.
“Kami akui bahwa hama monyet ini cukup mengganggu, khususnya terhadap tanaman sayur kami. Karena itu, lahan pertanian perlu terus diawasi,” katanya.
Sejumlah solusi sempat dibicarakan bersama warga, seperti memelihara anjing penjaga di kebun atau menggunakan petasan untuk mengusir monyet. Namun, pendekatan ini masih bersifat terbatas dan belum diterapkan secara menyeluruh.
“Kami sangat mempertimbangkan faktor hati nurani dalam penanganannya. Jangan sampai tindakan yang kami ambil justru menimbulkan dampak yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam merespons persoalan tersebut, mengingat Kelurahan Maluhu berada berdekatan dengan kawasan hutan alam. Langkah ekstrem yang dapat merusak ekosistem sejauh ini akan dihindari.
“Kini pengelolaan lingkungan di Maluhu dilakukan secara bertahap. Banyak lahan tidur yang mulai dihidupkan kembali sebagai kebun sayur, namun tantangan ekologis seperti ini harus dihadapi dengan kepala dingin,” tambahnya.
Terakhir, Tri Joko berharap, keseimbangan antara pertanian dan pelestarian lingkungan dapat tetap terjaga melalui strategi jangka panjang.
“Pembukaan lahan memang berdampak pada terganggunya ekosistem, tapi itu kami lakukan secara perlahan dan hati-hati,” pungkasnya.(adv)