Eksistensi.id, Samarinda — Penundaan operasional Pasar Pagi Samarinda pasca-renovasi menuai kritik dari DPRD Kota Samarinda.
Anggota Komisi III, Abdul Rohim, mendesak Pemerintah Kota segera mengambil langkah konkret untuk membuka kembali pasar legendaris tersebut yang hingga pertengahan 2025 belum kunjung dibuka.
Menurut Rohim, kondisi para pedagang kian memprihatinkan sejak renovasi pasar dimulai. Janji penyelesaian renovasi pada akhir 2024 tak kunjung terealisasi, sementara tekanan ekonomi terus menghimpit pelaku usaha kecil yang menggantungkan hidup dari pasar tersebut.
“Pedagang sudah terlalu lama menunggu. Pemerintah harus peka terhadap realita di lapangan, ini bukan sekadar soal fisik bangunan, tapi soal keberlangsungan hidup ribuan keluarga,” tegas Rohim, Sabtu (21/6/25).
Ia menilai, keterlambatan ini tak hanya berdampak pada omset pedagang yang anjlok, tapi juga memicu ketidakpastian dan keresahan di kalangan pelaku usaha mikro di Samarinda.
Karena itu, ia meminta Pemkot untuk segera memberi kejelasan kepada publik, terutama soal jadwal pasti pembukaan kembali Pasar Pagi.
Lebih lanjut, Rohim juga menyinggung pentingnya prinsip keadilan dalam penempatan lapak. Ia menekankan bahwa pedagang lama yang telah memiliki surat hak pengelolaan harus menjadi prioritas dalam penataan ulang.
“Jangan sampai muncul ketidakadilan. Pedagang yang dulu sudah tertib secara administratif justru tersisih oleh pedagang baru. Ini berisiko menimbulkan konflik sosial baru,” ujarnya.
Terkait dengan fenomena maraknya pedagang online yang memanfaatkan area pasar untuk siaran langsung (live streaming), Rohim menyatakan tidak mempermasalahkan selama hal tersebut tidak merugikan atau mengorbankan pedagang lama.
“Silakan saja memanfaatkan ruang digital. Tapi jangan sampai pedagang yang dulu nyaman berdagang kini terpinggirkan karena ukuran lapak yang lebih sempit atau akses yang dibatasi,” katanya.
Hingga kini, ia mengaku belum mendapatkan informasi resmi dari dinas terkait mengenai waktu peresmian kembali operasional pasar tersebut.
Karena itu, ia mendorong agar Pemerintah Kota segera menyampaikan kepastian dan menyusun kebijakan pemulihan ekosistem pasar secara menyeluruh.
“Pasar Pagi bukan sekadar pusat perdagangan, tapi denyut ekonomi mikro Samarinda. Sudah waktunya kita pulihkan fungsinya dengan prioritas pada keadilan dan keberlanjutan,” pungkasnya.(ADV)