Eksistensi.id Samarinda – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda, Firman Hidayat, menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) dan Pemilihan Gubernur (Pilgub) di Samarinda.
Salah satu penyebab utama, menurut Firman, adalah perbedaan karakteristik antara Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Dalam Pileg, banyaknya calon legislatif menciptakan daya tarik tersendiri, sementara di Pilkada, perhatian pemilih hanya terpusat pada sejumlah kecil kandidat.
“Pada Pileg, terdapat sekitar 650 calon legislatif. Jika masing-masing calon mampu menarik seribu suara saja, itu sudah memberikan kontribusi besar terhadap tingkat partisipasi. Sebaliknya, dalam Pilkada, jumlah kandidat yang terbatas membuat tingkat partisipasi cenderung lebih rendah,” jelas Firman saat ditemui di Hotel Haris Samarinda.
Selain itu, tingginya mobilitas penduduk Samarinda menjadi tantangan lain dalam mendorong partisipasi pemilih.
Banyak warga yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) namun tidak lagi tinggal di Samarinda, sehingga tidak dapat menggunakan hak pilih mereka.
“Kami menemukan puluhan ribu warga yang masih tercatat sebagai pemilih dengan KTP Samarinda, tetapi menjelang hari pemungutan suara, mereka sudah tidak berada di kota ini. Bahkan, sepekan sebelum pencoblosan, sebagian besar dari mereka sudah meninggalkan Samarinda. Kondisi ini tentu berdampak pada distribusi formulir undangan memilih (Formulir C),” ungkap Firman.
Meskipun KPU telah melakukan berbagai upaya, seperti sosialisasi intensif dan pemutakhiran data pemilih, Firman mengakui bahwa tantangan yang terkait dengan mobilitas warga serta ketergantungan pada daya tarik figur kandidat masih menjadi hambatan dalam meningkatkan partisipasi.
“Fenomena ini cukup kompleks, terutama di wilayah perkotaan seperti Samarinda. Namun, kami terus berusaha mengatasinya dengan merancang strategi yang lebih efektif,” tambahnya.
Ke depan, Firman berharap KPU dapat mengembangkan sistem pengelolaan data pemilih yang lebih akurat, sekaligus merancang pendekatan yang lebih relevan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat perkotaan.
“Masalah ini memang menjadi tantangan khusus bagi Samarinda sebagai kota besar. Namun, kami tetap optimis dengan langkah-langkah yang telah dirancang untuk menghadapi kendala ini,” tutup Firman.(Nisa/ADV)