Eksistensi.id, Samarinda – Pasar Segiri yang menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi di Kota Samarinda terus menghadapi persoalan klasik: parkir liar dan kawasan yang terkesan kumuh. Meski sejumlah upaya telah dilakukan Pemerintah Kota, termasuk pembangunan fasilitas parkir di area Segiri Grosir Samarinda (SGS), permasalahan di lapangan belum sepenuhnya teratasi.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Maswedi, menyatakan bahwa kapasitas parkir yang tersedia saat ini belum mampu mengimbangi volume kendaraan yang datang setiap hari.
Kondisi tersebut mendorong pengunjung memarkir kendaraan di bahu jalan, sehingga menyebabkan kepadatan lalu lintas di sekitar kawasan pasar.
Ia menyayangkan fenomena ini, mengingat pembangunan gedung parkir sudah menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mengurai kemacetan.
“Sebenarnya saya menyayangkan, karena daya tampung parkir masih kurang. Pengunjung pasar cukup banyak, sehingga banyak yang akhirnya parkir sembarangan,” ungkap Maswedi, Sabtu (28/6/25).
Tak hanya soal fasilitas, Maswedi juga menilai perilaku masyarakat turut berkontribusi pada maraknya parkir liar. Banyak warga memilih jalur tercepat menuju area pasar, dan enggan memanfaatkan area parkir resmi yang disediakan di lantai atas maupun bawah gedung SGS.
“Banyak yang memilih cara paling simpel agar cepat sampai ke pasar, jadi mereka enggan parkir di tempat yang sudah disediakan. Akhirnya mereka parkir di badan jalan,” lanjutnya.
Di tengah berbagai persoalan yang ada, Maswedi tetap memberikan apresiasi terhadap langkah pemerintah dalam menata kawasan sekitar Pasar Segiri.
Ia menyoroti program relokasi yang telah menyasar hunian di bantaran sungai dan penertiban ruang terbuka hijau di sekitar SGS sebagai langkah positif yang sudah mulai menunjukkan hasil.
“Sudah mulai berkurang kawasan kumuh di Samarinda, karena pemerintah juga sudah melakukan relokasi di bantaran sungai. Daerah-daerah kawasan hijau di sekitar pasar SGS juga mulai ditertibkan,” jelasnya.
Menurutnya, penataan kawasan Pasar Segiri tidak hanya soal estetika, tetapi juga bagian dari pembenahan sistem perdagangan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Ia mendorong agar program relokasi lapak pedagang dan penyediaan ruang publik yang lebih tertata terus dilanjutkan sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
“Upaya perbaikan terus dilakukan. Program relokasi lapak ke area yang lebih tertata dan penyediaan ruang terbuka hijau menjadi bagian dari strategi jangka panjang, untuk menjadikan Segiri tak hanya sebagai pasar rakyat, tetapi juga ruang publik yang bersih, aman, dan ramah bagi semua kalangan,” paparnya.
Namun, Maswedi juga menekankan pentingnya kesabaran dalam proses penataan kawasan pasar. Mengingat fungsinya yang sangat vital sebagai pusat ekonomi rakyat, perubahan tidak bisa dilakukan secara instan.
“Di Segiri ini kan memang salah satu tempat pasar utama, sehingga tidak bisa juga secara cepat ditangani. Pasti perlu waktu karena ini pasar,” pungkasnya.(ADV)