Eksistensi.id, Samarinda – Transisi ekonomi dari ekstraksi sumber daya menuju pembangunan berkelanjutan menjadi tantangan besar bagi daerah kaya tambang seperti Kutai Timur (Kutim).
Anggota DPRD Kalimantan Timur, Syarifatul Sya’diah, menegaskan bahwa keberadaan perusahaan besar di Kutim seharusnya turut mengambil peran strategis dalam memperkuat pondasi ekonomi lokal, khususnya melalui pengembangan UMKM.
Menurutnya, penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi langkah penting dalam menghadapi masa pascatambang yang tidak terelakkan.
“Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada tambang. Perusahaan harus mulai ikut menyiapkan masyarakat menghadapi realitas ekonomi pasca-eksploitasi,” ujar Syarifatul, Selasa (15/7/25).
Ia menyebutkan bahwa UMKM terbukti menjadi sektor tangguh, bahkan saat terjadi krisis seperti pandemi. Namun sayangnya, banyak pelaku usaha kecil ini masih bergerak sendiri tanpa dukungan memadai dari dunia industri maupun program CSR perusahaan.
“Kalau hanya jadi penonton di tengah eksploitasi besar-besaran, lalu apa yang tersisa bagi masyarakat setelah tambang berhenti?” tanyanya.
Syarifatul menilai pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan harus diubah dari sekadar seremonial menjadi kemitraan jangka panjang yang produktif.
Ia mendorong agar CSR diarahkan untuk menyediakan pelatihan kewirausahaan, akses permodalan, hingga pembukaan pasar bagi produk lokal.
Ia bahkan menyoroti produk unggulan seperti amplang batu bara, salah satu ciri khas UMKM Kutim, yang menurutnya berpotensi besar jika diberi dukungan dari sisi pengemasan dan pemasaran.
“Kalau dikembangkan dengan benar, produk seperti amplang batu bara ini bisa menembus pasar nasional, bahkan internasional. Tapi siapa yang bantu? Jangan dibiarkan jalan sendiri,” jelasnya.
Lebih jauh, legislator asal Dapil Kutim ini menggarisbawahi bahwa masa depan Kutim harus dibangun di atas pondasi ekonomi yang inklusif, bukan eksklusif pada segelintir sektor.
“Transisi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi rakyat ini penting. Perusahaan besar punya peran strategis, bukan cuma mengambil hasil bumi, tapi juga ikut mencetak peluang usaha baru yang bertahan lama,” tegasnya.
Ia berharap sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas lokal bisa diperkuat agar Kutim tidak hanya dikenal sebagai wilayah tambang, tetapi juga sebagai pusat kewirausahaan berbasis potensi lokal.
“Kalau perusahaan mau berpikir jangka panjang, maka membangun UMKM hari ini adalah investasi untuk masa depan yang jauh lebih berkelanjutan,” pungkasnya.(ADV)